I.PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kedelai merupakan bahan baku makanan yang
bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai
makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk
menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi.
Kedelai
merupakan tanaman asli
Daratan Cina dan
telah dibudidayakan oleh manusia
sejak 2500 SM.
Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi
pada awal abad ke-19,
menyebabkan tanaman kedalai
juga ikut tersebar
ke berbagai negara tujuan
perdagangan tersebut, yaitu
Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia,
dan Amerika. Kedelai
mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,
kemudian berkembang ke Bali,Nusa
Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan
beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja dan Soja
max. Namun pada
tahun 1948 telah
disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah,
yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Familia
: Papilionaceae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max (L.) Merill
Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)
ditemukan menginfestasi tanaman kedelai pada tahun 2007. Larva lalat pengorok
daun merusak daun kedelai dengan membuat liang korokan beralur warna putih
bening pada bagian mesofil daun dan berpotensi menurunkan hasil hingga 20%.
Selain pada kedelai, gejala serangan yang sama juga ditemukan pada kacang
hijau, kacang tunggak, kacang panjang, komak, kacang adzuki, buncis, dan 42
jenis tanaman lainnya termasuk gulma. Empat spesies lalat pengorok daun yang
diketahui menginfestasi tanaman kedelai adalah
L. sativae, L. trifolii, L.
huidobrensis, dan L. bryoniae.
Pengendalian kimia dapat menimbulkan masalah karena lalat memiliki kemampuan
genetik yang tinggi untuk menjadi tahan terhadap insektisida kimia.Pada habitat
aslinya (subtropis), Liriomyza sp. tergolong serangga berstrategi-r, yaitu
memiliki kemampuan reproduksi tinggi, cepat mengkoloni habitat, dan kisaran
inangnya luas. Habitat tropis dengan ketersediaan tanaman inang sepanjang tahun
dan penggunaan insektisida kimia yang kurang bijaksana memungkinkan lalat
pengorok daun menjadi hama penting pada kedelai. Pada habitat alaminya,
populasi lalat pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh parasitoid
dan predator, salah satunya adalah parasitoid Hemiptarsenus varicornis. Oleh
karena itu, perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan
peran musuh alami daripada insektisida kimia. Makalah ini menelaah gejala dan
akibat serangan lalat pengorok daun, spesies dan biologi, tanaman inang, musuh
alami, pemantauan, dan rekomendasi pengendaliannya.
Gejala berupa liang korokan beralur warna
putih bening pada bagian mesofil daun, belakangan ini banyak ditemukan pada
daun tanaman kedelai di Indonesia. Jumlah alur korokan pada satu daun kedelai
bervariasi, bergantung pada jumlah larva yang menetas. Pada serangan lanjut,
liang korokan berubah warna menjadi kecoklatan dan di dalamnya larva
berkembang. Gejala tersebut merupakan ciri khas serangan lalat pengorok daun,
Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae).
Hingga tahun 2007, Liriomyza sp.belum
dinyatakan sebagai hama pada tanaman kedelai di Indonesia (Tengkano dan
Soehardjan 1985; Marwoto dan Hardiningsih 2007; Baliadi et al. 2008),walaupun
pada tahun 2005 gejala serangannya pada tanaman kedelai telah ditemukan di
Sumatera Selatan (Tengkano et al. 2006), Jawa Timur, Jawa Barat, Bali,dan
Lombok (Tengkano et al. 2006;Tengkano
2007). Empat spesies lalat pengorok daun
yang menginfestasi tanaman kedelai di Asia Tenggara adalah L. sativae, L.
trifolii, L. huidobrensis, dan L. bryoniae
(Tokumaru dan Abe 2006). Hofsvang et al. (2005) menyatakan bahwa L.
sativae adalah spesies yang invasive pada tanaman kedelai di Asia
Tenggara.Tanaman kedelai yang terserang pada stadia awal rentan terhadap penyakit
tular tanah yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani.
Serangan berat dapat menyebabkan daun kedelai gugur lebih dini (Baliadi 2009).
Laju fotosintesis daun yang terserang Liriomyza sp. menjadi rendah (Trumble et
al. 1985) dan liang korokan berfungsi sebagai prekursor serangan patogen
cendawan (Price dan Harbaugh 1981) dan virus (Zitter dan Tsai 1977). Oleh
karena itu, Liriomyza sp. berpotensi
menjadi hama penting pada tanaman kedelai. Saat ini, informasi mengenai dampak
serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai di Indonesia sangat terbatas.
Kurangnya penelitian tentang lalat pengorok daun pada tanaman kedelai
menyebabkan belum diketahuinya tingkat kerusakan serangan hama ini dan
pengaruhnya terhadap hasil panen.
Gejala serangan lalat pengorok daun pada
tanaman kedelai mudah dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih
bening pada bagian mesofil daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan
terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang
korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang
korokan. Pada serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan,
daun layu, dan gugur
Imago lalat pengorok daun menusukkan
opivositornya pada daun-daun muda,walaupun gejala juga muncul pada daun - daun
yang muncul berikutnya (Baliadi2009). Reed
et al. (1989) menyatakan, serangan imago L. cicerina pada kacang arab
(Cicer arietinum) menimbulkan gejala bintik-bintik pada daun.
Gejala serangan larva lalat pengorok daun
menyebar pada semua bagian tajuk tanaman kedelai, baik tajuk atas, tengah,
maupun bawah. Namun, gejala serangan lebih banyak dijumpai pada daun/tajuk
bagian bawah. Jumlah dan umur daun mempengaruhi kerapatan larva pada tanaman
(Baliadi 2009). Purnomo et al. (2003) mengemukakan bahwa larva lebih banyak
dijumpai pada tajuk bagian bawah tanaman kacang endul.
Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza
sp. pada tanaman dibedakan menjadi dua, yakni kerusakan langsung dan tidak
langsung. Kerusakan langsung disebabkan oleh perilaku makan larva. Aktivitas
larva dapat menurunkan kapasitas fotosintesis tanaman (Trumble et al. 1985).
Kerusakan tersebut terjadi pada jaringan palisade daun saat larva membuat liang
korokan serpentin. Serangan berat mengakibatkan desikasi dan pengguguran daun
lebih dini. Kehilangan hasil akibat korokan pada kedelai berkisar antara 15−
20% (Baliadi 2009). Kerusakan tidak langsung terjadi karena tusukan-tusukan
pada permukaan daun menyebabkan tanaman kedelai rentan terhadap serangan
patogen tular tanah. Hal serupa terjadi pada tanaman kacang hijau (Baliadi
2009). Price dan Harbaugh (1981) melaporkan bahwa serangan Pseudomonas cichorii meningkat pada tanaman krisan yang terserang L. trifolii.
Sementara itu Zitter dan Tsai (1977) menyatakan virus mosaic kedelai juga dapat
ditularkan oleh Liriomyza.Data tentang tingkat kerusakan pada tanaman kedelai
diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan pengendalian. Penentuan
nilai ambang ekonomi atau ambang merusak cukup sulit karena hubungan antara
kerapatan populasi lalat dan kerusakan daun dengan penurunan hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
musim, cara budi daya, dan kerentanan tanaman inang. Ambang merusak L. bryoniae pada tanaman tomat adalah 15
liang korokan per daun (Ledieu dan Heyler 1982). Jumlah liang korokan 30 dan 60 buah/daun dapat menurunkan hasil tomat masing-masing
10% dan 20%.
1.2.Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tanaman cabai merah (
C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan terhadap serangan lalat
pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
1.3.Kegunaan penelitian
Penelitian dapat digunakan sebagai bahan infornasi perlindungan bagi
pihak – pihak yang membutuhkan dalam melakukan pegendalian pathogen khususnya
lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
Dan salah satu syarat dalam pemberian nilai pada mata kuliah metode
penulisan ilmiah.
1.4.Hipotesis
Adanya perbedaan respon tanaman cabai merah (C.annum L.) pada fase
pertumbuhan dan perkembangan akibat serangan lalat pengorok daun, liriomyza sp.
(diptera:agromyzidae).
Sumber : Google
: anakpintarunja.blogspot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar