Kamis, 25 April 2013

proposal ilmiah


I.PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi.
Kedelai  merupakan  tanaman  asli  Daratan  Cina  dan  telah dibudidayakan  oleh  manusia  sejak  2500  SM.  Sejalan  dengan  makin berkembangnya  perdagangan  antarnegara  yang  terjadi  pada  awal  abad ke-19,  menyebabkan  tanaman  kedalai  juga  ikut  tersebar  ke  berbagai negara  tujuan  perdagangan  tersebut,  yaitu  Jepang,  Korea,  Indonesia, India,  Australia,  dan  Amerika.  Kedelai  mulai  dikenal  di  Indonesia  sejak abad  ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan  kedelai  yaitu di Pulau  Jawa,  kemudian berkembang  ke Bali,Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine  soja  dan  Soja  max.  Namun  pada  tahun  1948  telah  disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :

Divisio    : Spermatophyta
Classis  : Dicotyledoneae
Ordo    : Rosales
Familia  : Papilionaceae
Genus    : Glycine
Species  : Glycine max (L.) Merill

Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) ditemukan menginfestasi tanaman kedelai pada tahun 2007. Larva lalat pengorok daun merusak daun kedelai dengan membuat liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun dan berpotensi menurunkan hasil hingga 20%. Selain pada kedelai, gejala serangan yang sama juga ditemukan pada kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, komak, kacang adzuki, buncis, dan 42 jenis tanaman lainnya termasuk gulma. Empat spesies lalat pengorok daun yang diketahui menginfestasi tanaman kedelai adalah  L. sativae, L. trifolii,  L. huidobrensis, dan  L. bryoniae. Pengendalian kimia dapat menimbulkan masalah karena lalat memiliki kemampuan genetik yang tinggi untuk menjadi tahan terhadap insektisida kimia.Pada habitat aslinya (subtropis), Liriomyza sp. tergolong serangga berstrategi-r, yaitu memiliki kemampuan reproduksi tinggi, cepat mengkoloni habitat, dan kisaran inangnya luas. Habitat tropis dengan ketersediaan tanaman inang sepanjang tahun dan penggunaan insektisida kimia yang kurang bijaksana memungkinkan lalat pengorok daun menjadi hama penting pada kedelai. Pada habitat alaminya, populasi lalat pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh parasitoid dan predator, salah satunya adalah parasitoid Hemiptarsenus varicornis. Oleh karena itu, perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan peran musuh alami daripada insektisida kimia. Makalah ini menelaah gejala dan akibat serangan lalat pengorok daun, spesies dan biologi, tanaman inang, musuh alami, pemantauan, dan rekomendasi pengendaliannya.
Gejala berupa liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun, belakangan ini banyak ditemukan pada daun tanaman kedelai di Indonesia. Jumlah alur korokan pada satu daun kedelai bervariasi, bergantung pada jumlah larva yang menetas. Pada serangan lanjut, liang korokan berubah warna menjadi kecoklatan dan di dalamnya larva berkembang. Gejala tersebut merupakan ciri khas serangan lalat pengorok daun, Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae).
Hingga tahun 2007, Liriomyza sp.belum dinyatakan sebagai hama pada tanaman kedelai di Indonesia (Tengkano dan Soehardjan 1985; Marwoto dan Hardiningsih 2007; Baliadi et al. 2008),walaupun pada tahun 2005 gejala serangannya pada tanaman kedelai telah ditemukan di Sumatera Selatan (Tengkano et al. 2006), Jawa Timur, Jawa Barat, Bali,dan Lombok (Tengkano  et al. 2006;Tengkano 2007). Empat spesies  lalat pengorok daun yang menginfestasi tanaman kedelai di Asia Tenggara adalah L. sativae, L. trifolii, L. huidobrensis, dan L. bryoniae  (Tokumaru dan Abe 2006). Hofsvang et al. (2005) menyatakan bahwa L. sativae adalah spesies yang invasive pada tanaman kedelai di Asia Tenggara.Tanaman kedelai yang terserang pada stadia awal rentan terhadap penyakit tular tanah yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani. Serangan berat dapat menyebabkan daun kedelai gugur lebih dini (Baliadi 2009). Laju fotosintesis daun yang terserang Liriomyza sp. menjadi rendah (Trumble et al. 1985) dan liang korokan berfungsi sebagai prekursor serangan patogen cendawan (Price dan Harbaugh 1981) dan virus (Zitter dan Tsai 1977). Oleh karena itu, Liriomyza  sp. berpotensi menjadi hama penting pada tanaman kedelai. Saat ini, informasi mengenai dampak serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai di Indonesia sangat terbatas. Kurangnya penelitian tentang lalat pengorok daun pada tanaman kedelai menyebabkan belum diketahuinya tingkat kerusakan serangan hama ini dan pengaruhnya terhadap hasil panen.
Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur
Imago lalat pengorok daun menusukkan opivositornya pada daun-daun muda,walaupun gejala juga muncul pada daun - daun yang muncul berikutnya (Baliadi2009). Reed  et al. (1989) menyatakan, serangan imago L. cicerina pada kacang arab (Cicer arietinum) menimbulkan gejala bintik-bintik pada daun.
Gejala serangan larva lalat pengorok daun menyebar pada semua bagian tajuk tanaman kedelai, baik tajuk atas, tengah, maupun bawah. Namun, gejala serangan lebih banyak dijumpai pada daun/tajuk bagian bawah. Jumlah dan umur daun mempengaruhi kerapatan larva pada tanaman (Baliadi 2009). Purnomo et al. (2003) mengemukakan bahwa larva lebih banyak dijumpai pada tajuk bagian bawah tanaman kacang endul.
Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza sp. pada tanaman dibedakan menjadi dua, yakni kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung disebabkan oleh perilaku makan larva. Aktivitas larva dapat menurunkan kapasitas fotosintesis tanaman (Trumble et al. 1985). Kerusakan tersebut terjadi pada jaringan palisade daun saat larva membuat liang korokan serpentin. Serangan berat mengakibatkan desikasi dan pengguguran daun lebih dini. Kehilangan hasil akibat korokan pada kedelai berkisar antara 15− 20% (Baliadi 2009). Kerusakan tidak langsung terjadi karena tusukan-tusukan pada permukaan daun menyebabkan tanaman kedelai rentan terhadap serangan patogen tular tanah. Hal serupa terjadi pada tanaman kacang hijau (Baliadi 2009). Price dan Harbaugh (1981) melaporkan bahwa serangan Pseudomonas  cichorii meningkat pada  tanaman krisan yang terserang L. trifolii. Sementara itu Zitter dan Tsai (1977) menyatakan virus mosaic kedelai juga dapat ditularkan oleh Liriomyza.Data tentang tingkat kerusakan pada tanaman kedelai diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan pengendalian. Penentuan nilai ambang ekonomi atau ambang merusak cukup sulit karena hubungan antara kerapatan populasi lalat dan kerusakan daun dengan penurunan hasil  panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu musim, cara budi daya, dan kerentanan tanaman inang. Ambang merusak  L. bryoniae pada tanaman tomat adalah 15 liang korokan per daun (Ledieu dan Heyler 1982). Jumlah liang korokan 30  dan 60 buah/daun  dapat menurunkan hasil tomat masing-masing 10% dan 20%.


1.2.Tujuan penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tanaman cabai merah ( C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan terhadap serangan lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).

1.3.Kegunaan penelitian
            Penelitian dapat digunakan sebagai bahan infornasi perlindungan bagi pihak – pihak yang membutuhkan dalam melakukan pegendalian pathogen khususnya lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).
            Dan salah satu syarat dalam pemberian nilai pada mata kuliah metode penulisan ilmiah.
1.4.Hipotesis
            Adanya perbedaan respon tanaman cabai merah (C.annum L.) pada fase pertumbuhan dan perkembangan akibat serangan lalat pengorok daun, liriomyza sp. (diptera:agromyzidae).

Sumber : Google
             : anakpintarunja.blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar